BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu memberi kepada
kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan
kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan
kebenaran.
Bagi manusia,
berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya
dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang
sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Filsafat hendaknya
mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak
manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan, ras, dan
keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
Dalam mempelajari
Filsafat banyak sekali Manfaat yang bisa kita ambil dan kita petik guna untuk
menjalani hidup yang sebaik-baiknya. diantaranya Fiillsafat membantu kita
unntuk berfikir lebih Kritis dalam hal apapun. Didalam Filsafat dakwah juga
banyak sekali hal-hal yang dikaji dan dipelajari secara kritis dan mendalam.
Sebagai mana ilmu lain filsafat juga memiliki berbagai macam cabang-cabangya.
Mempelajari filsafat adalah salah satu hal yang menarik dan banyak diminati
oleh orang-orang, terutama mereka yang ingin mecari kebenaran. Oleh karna itu
penulis menyusun makalah ini guna untuk mengenal dan mempelajari filsafat,
objek kajian serta manfaat mempelajari filsafat Dakwah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Objek Dakwah itu?
2. Apa saja Objek
kajian Filsafat Dakwah?
3. Manfaat mempelajari Filsafat Dakwah?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Objek Dakwah
Objek dakwah adalah orang-orang yang dijadikan sasaran untuk menerima
dakwah yang sedang dilakukan oleh da’i. Keberadaan objek dakwah yang sering
kita kenal dengan mad’u, yang sangat heterogen baik ideologi, pendidikan,
status sosial, sosial,, kesehatan dan sebagainya. Abdul Munir Mulkhan membedakan
objek daakwah menjadi dua kategori. Pertama,
umat dakwah yaitu masyarakat luas yang belum memeluk agama islam (non
muslim). Kedua, umat ijabah yaitu mereka yang telah memeluk
agama islam,dimana dalam praktiknya umat ijabah
ini terbagi menjadi dua objek yaitu objek umum yang merupakan masyarakat
mayoritas, awam dengan tingkat heterogenitas tinggi, dan objek khusus karena
status yang membentuk kelompok-kelompok tertentu, seperti kelompok mahasiswa,
ibu-ibu, pedagang, petani dan lain sebagainya (Mulkhan, 1996:208-209).
Dalam proses dan pelaksanaan dakwah, madd’u
dapat bersifat individu ataupun kolektif. Individu karena memasang tujuan
dakwah adalah mengajak dan mendorong manusia untuk mengamalkan ajaran agama
islam dalam kehidupan sehari-hari agar mempeoleh kebahagiaan di dunia maupun di
akhirat. Bersifat kolektif karena dakwah
juga bertujuan untuk membentuk tatanan kehidupan masyarakat yang bersendikan
islam. Masyarakat islam tidak hanya terbentuk manakala tidak didukung oleh
anggota yang tidak islami, demikian pula sebaliknya, individu yang islami
tidaka akan terbentuk didalam masyarakat yang tidak menghargai Islam (Aris
Saefullah, 2003: 48).[1]
2. Objek kajian
filsafat
Sebelum
menginjak pada pembahasan objek kajian ilmu filsafat dakwah, supaya lebih jelas
kita mengulangi permasalahan tentang objek kajian Filsafat, kemudian Objek
kajian Dakwah dan akhirnya diintegrasikan antara keduanya membentuk objek
kajian Filsafat Dakwah. Namun sebelum ke objek kajian, kita ketahui terlebih
dahulu apa pengertianya. Objek kajian dalam keilmuan maupun filsafat adalah
objek formal dan objek material. Objek material adalah lapangan penyelidikan
suatu cabang ilmu, sedangkan objek formal adalah sudut tertentu yang menentukan
suatu macam ilmu dan membedakan antara ilmu satu dengan lainnya. Demikianlah
objek kajian filsafat dakwah menurut beberapa tokoh:
Menurut Drs.
Suisyanto, Objek material filsafat dakwah adalah segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada yang berkaitan dengan dakwah, baik yang berkaitan dengan ajaran
dakwah maupun perbuatan manusia yang berhubungan dengan dakwah.
Menurut Andy Dermawan dkk, objek material filsafat
dakwah adalah manusia, Islam, Allah dan lingkungan dunia. Dengan filsafat
dakwah dijelaskan proses interaktif manusia yang menjadi subjek (da’i) dan
objek (mad’u) dalam proses dakwah, Islam sebagai pesan dakwah di lingkungan
dunia di mana manusia akan mengamalkan dan menerapkan ajaran dan nilai
keislaman serta Allah yang menurunkan Islam dan memberikan takdirnya yang
menyebabkan terjadinya perubahan tindakan, keyakinan dan sikap.[2]
Menurut Dr. H. Nur Syam, objek material filsafat
adalah segala sesuatu yang ada atau mungkin ada, maka objek formalnya adalah
pemikiran atau keterangan sedalam-dalamnya tentang objek material tersebut.
Objek material filsafat dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu Hakikat Tuhan,
hakikat manusia dan hakikat alam semesta.
b.
Objek kajian
Formal
Menurut Drs.
Suisyanto objek formal filsafat dakwah adalah usaha untuk mendapatkan pemahaman
yang sedalam-dalamnya sesuai dengan akal budi manusia tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan penyampaian ajaran Islam kepada umat Islam dengan cara
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya baik secara praktis maupun teoritis.[3]
Menurut Andy
Dermawan dkk, objek Formal filsafat dakwah adalah mempelajari bagaimana hakikat
dakwah.Menurut Dr. H. Nur Syam, objek Formal filsafat adalah pemikiran secara
radikal akan objek material tersebut.
Objek kajian
dakwah adalah hubungan interaksional antara subjek dakwah dengan objek dakwah
dengan menggunakan metode, materi, dan media dakwah tertentu untuk mencapai
tujuan dakwah. Sehingga secara proposional dapat dinyatakan dalam proposisi,
sebagai berikut:
1. Subjek dakwah tertentu berhubungan
dengan religiositas objek dakwah.
2. Media dakwah tertentu berhubungan
dengan religiositas objek dakwah.
3. Metode dakwah tertetnu berhubungan
dengan religiositas objek dakwah.
4. Materi dakwah tertentu berhubungan
dengan religiositas objek dakwah.
Objek kajian dakwah adalah setiap bentuk dari proses
merealisasikan ajaran Islam pada kehidupan manusia melalui strategi, metode,
dan sistem yang relevan dengan mempertimbangkan aspek
religio-politik-kultural-sosio dan psikologis umat manusia.
Setelah mendalami masalah objek kajian filsafat dan
objek kajian dakwah, sekarang kita dapat mengintegrasikan antara keduanya yaitu
objek kajian filsafat dakwah. Objek studi filsafat dakwah adalah pemikiran
mendalam dan radikal, logis dan sistematis tentang proses usaha merealisasikan
ajaran Islam dalam kehidupan umat manusia dengan melalui strategi, metode, dan
sistem yang relevan dengan mempertimbangkan dimensi
religio-politik-kultural-sosio-psikologis umat manusia.[4]
3. Manfaat Filsafat Dakwah
Manfaat filsafat dakwah adalah berguna untuk
menentukan para da’I agar mampu memahami ajaran islam secara radikal, sampai
keakar-akarnya sehingga menemukan kebenaran yang hakiki. Para da’I mampu
menjelaskan bahwa islam universal, tidak bertentangan logika dan akal sehat.
Dengan demikian ajaran islam disampaikan tidak hanya diterima secara dokmatis
dan absolut semata, tetapi juga melalui kerangka fikiran yang rasional yang
mampu memberikan arti penting dalam menyadari otoritas diri sebagi makhluk yang
berdimensi dalam memahami diri dan hak miliknya.
Tujuan filsafat dakwah adalah
memberikan pemahaman yang bersifat universal tentang suatu ajaran islam secara
mendalam, mendasar dan radikal sampai keakar-akarnya, sehingga akhirnya dapat
membawa pada kebenaran yang hakiki, kebenaran hakiki tersebut
terimplementasikan dalam sikap keseharian sebagai orang islam. Dengan demikian
filsafat dakwah juga memberikan kontribusi keilmuan dengan mempertajam
metodologi dan pendekatan sehingga para da’I mampu melihat realitas umat secara
tajam dan santun.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Objek dakwah adalah orang-orang yang dijadikan sasaran untuk menerima
dakwah yang sedang dilakukan oleh da’i. Keberadaan objek dakwah yang sering
kita kenal dengan mad’u, yang sangat heterogen baik ideologi, pendidikan,
status sosial, sosial,, kesehatan dan sebagainya
Secara
ringkas ruang lingkup filsafat dakwah paling tidak meliputi empat hal yang
selalu punya kaitan erat. Yaitu:
a.
Manusia
sebagai pelaku (subyek) dakwah dan manusia sebagai penerima (obyek) dakwah.
b. Agama Islam sebagai pesan atau
materi yang harus disampaikan, diimani serta diwujudkan dalam realitas
(diamalkan) di masyarakat.
c.
Allah yang
menciptakan manusia dan alam, sebagai Rab yang memelihara alam dan menurunkan
agama Islam serta menentukan terjadinya proses dakwah. Dan
d. Lingkungan, yaitu alam (bumi dan
sekitarnya) tempat terjadinya proses dakwah.
Manfaat filsafat dakwah adalah
berguna untuk menentukan para da’I agar mampu memahami ajaran islam secara
radikal, sampai keakar-akarnya sehingga menemukan kebenaran yang hakiki. Para
da’I mampu menjelaskan bahwa islam universal, tidak bertentangan logika dan
akal sehat.
DAFTAR
PUSTAKA
Suriasumantri Yuyun, Ilmu
Dalam Perspektif, (Jakartra: Yayasan Obor Indonesia dan Leknas LIPI, 1982)
Mustafa Ahmad, 1997: Filsafat Islam, Pustaka Setia, Bandung.
A. Heri
Hermawan, M Ag, Yaya Sunarya, M,pd. 2011: Filsafat Islam, Insan Mandiri,
Bandung.
A. Munir Mulkham, Ideologisasi
Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: SIPRESS, 1996)
Siti Uswatun Khasanah, Berdakwah
Dengan Jalan Debat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007)
[1] Yuyun Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif,
(Jakartra: Yayasan Obor Indonesia dan Leknas LIPI, 1982) hal 15
[4] Munir Mulkham, Ideologisasi
Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: SIPRESS) 1996.hal 11
[5] Siti Uswatun Khasanah, Berdakwah Dengan Jalan Debat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset)
2007. Hal 16
Terima kasih.... Sangat membantu.😘😘😘
BalasHapus