Senin, 28 November 2016

Makalah Filsafat Dakwah (Objek Dakwah)



BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG

Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan, ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
Dalam mempelajari Filsafat banyak sekali Manfaat yang bisa kita ambil dan kita petik guna untuk menjalani hidup yang sebaik-baiknya. diantaranya Fiillsafat membantu kita unntuk berfikir lebih Kritis dalam hal apapun. Didalam Filsafat dakwah juga banyak sekali hal-hal yang dikaji dan dipelajari secara kritis dan mendalam. Sebagai mana ilmu lain filsafat juga memiliki berbagai macam cabang-cabangya. Mempelajari filsafat adalah salah satu hal yang menarik dan banyak diminati oleh orang-orang, terutama mereka yang ingin mecari kebenaran. Oleh karna itu penulis menyusun makalah ini guna untuk mengenal dan mempelajari filsafat, objek kajian serta manfaat mempelajari filsafat Dakwah.



B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Objek Dakwah itu?
2. Apa saja Objek kajian Filsafat Dakwah?
3. Manfaat mempelajari Filsafat Dakwah?








BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Objek Dakwah
Objek dakwah adalah orang-orang yang dijadikan sasaran untuk menerima dakwah yang sedang dilakukan oleh da’i. Keberadaan objek dakwah yang sering kita kenal dengan mad’u, yang sangat heterogen baik ideologi, pendidikan, status sosial, sosial,, kesehatan dan sebagainya. Abdul Munir Mulkhan membedakan objek daakwah menjadi dua kategori. Pertama, umat dakwah yaitu masyarakat luas yang belum memeluk agama islam (non muslim). Kedua, umat ijabah yaitu mereka yang telah memeluk agama islam,dimana dalam praktiknya umat ijabah ini terbagi menjadi dua objek yaitu objek umum yang merupakan masyarakat mayoritas, awam dengan tingkat heterogenitas tinggi, dan objek khusus karena status yang membentuk kelompok-kelompok tertentu, seperti kelompok mahasiswa, ibu-ibu, pedagang, petani dan lain sebagainya (Mulkhan, 1996:208-209).
Dalam proses dan pelaksanaan dakwah, madd’u dapat bersifat individu ataupun kolektif. Individu karena memasang tujuan dakwah adalah mengajak dan mendorong manusia untuk mengamalkan ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-hari agar mempeoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Bersifat kolektif  karena dakwah juga bertujuan untuk membentuk tatanan kehidupan masyarakat yang bersendikan islam. Masyarakat islam tidak hanya terbentuk manakala tidak didukung oleh anggota yang tidak islami, demikian pula sebaliknya, individu yang islami tidaka akan terbentuk didalam masyarakat yang tidak menghargai Islam (Aris Saefullah, 2003: 48).[1]

2.      Objek kajian filsafat
Sebelum menginjak pada pembahasan objek kajian ilmu filsafat dakwah, supaya lebih jelas kita mengulangi permasalahan tentang objek kajian Filsafat, kemudian Objek kajian Dakwah dan akhirnya diintegrasikan antara keduanya membentuk objek kajian Filsafat Dakwah. Namun sebelum ke objek kajian, kita ketahui terlebih dahulu apa pengertianya. Objek kajian dalam keilmuan maupun filsafat adalah objek formal dan objek material. Objek material adalah lapangan penyelidikan suatu cabang ilmu, sedangkan objek formal adalah sudut tertentu yang menentukan suatu macam ilmu dan membedakan antara ilmu satu dengan lainnya. Demikianlah objek kajian filsafat dakwah menurut beberapa tokoh:

a.       Objek Kajian Material
Menurut Drs. Suisyanto, Objek material filsafat dakwah adalah segala sesuatu yang ada dan mungkin ada yang berkaitan dengan dakwah, baik yang berkaitan dengan ajaran dakwah maupun perbuatan manusia yang berhubungan dengan dakwah.
Menurut Andy Dermawan dkk, objek material filsafat dakwah adalah manusia, Islam, Allah dan lingkungan dunia. Dengan filsafat dakwah dijelaskan proses interaktif manusia yang menjadi subjek (da’i) dan objek (mad’u) dalam proses dakwah, Islam sebagai pesan dakwah di lingkungan dunia di mana manusia akan mengamalkan dan menerapkan ajaran dan nilai keislaman serta Allah yang menurunkan Islam dan memberikan takdirnya yang menyebabkan terjadinya perubahan tindakan, keyakinan dan sikap.[2]
Menurut Dr. H. Nur Syam, objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada atau mungkin ada, maka objek formalnya adalah pemikiran atau keterangan sedalam-dalamnya tentang objek material tersebut. Objek material filsafat dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu Hakikat Tuhan, hakikat manusia dan hakikat alam semesta.

b.      Objek kajian Formal
Menurut Drs. Suisyanto objek formal filsafat dakwah adalah usaha untuk mendapatkan pemahaman yang sedalam-dalamnya sesuai dengan akal budi manusia tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penyampaian ajaran Islam kepada umat Islam dengan cara mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya baik secara praktis maupun teoritis.[3]
Menurut Andy Dermawan dkk, objek Formal filsafat dakwah adalah mempelajari bagaimana hakikat dakwah.Menurut Dr. H. Nur Syam, objek Formal filsafat adalah pemikiran secara radikal akan objek material tersebut.
Objek kajian dakwah adalah hubungan interaksional antara subjek dakwah dengan objek dakwah dengan menggunakan metode, materi, dan media dakwah tertentu untuk mencapai tujuan dakwah. Sehingga secara proposional dapat dinyatakan dalam proposisi, sebagai berikut:
1.  Subjek dakwah tertentu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.
2.  Media dakwah tertentu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.
3.  Metode dakwah tertetnu berhubungan dengan religiositas objek dakwah. 
4.  Materi dakwah tertentu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.
Objek kajian dakwah adalah setiap bentuk dari proses merealisasikan ajaran Islam pada kehidupan manusia melalui strategi, metode, dan sistem yang relevan dengan mempertimbangkan aspek religio-politik-kultural-sosio dan psikologis umat manusia.
Setelah mendalami masalah objek kajian filsafat dan objek kajian dakwah, sekarang kita dapat mengintegrasikan antara keduanya yaitu objek kajian filsafat dakwah. Objek studi filsafat dakwah adalah pemikiran mendalam dan radikal, logis dan sistematis tentang proses usaha merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan umat manusia dengan melalui strategi, metode, dan sistem yang relevan dengan mempertimbangkan dimensi religio-politik-kultural-sosio-psikologis umat manusia.[4]

3.      Manfaat Filsafat Dakwah
Manfaat filsafat dakwah adalah berguna untuk menentukan para da’I agar mampu memahami ajaran islam secara radikal, sampai keakar-akarnya sehingga menemukan kebenaran yang hakiki. Para da’I mampu menjelaskan bahwa islam universal, tidak bertentangan logika dan akal sehat. Dengan demikian ajaran islam disampaikan tidak hanya diterima secara dokmatis dan absolut semata, tetapi juga melalui kerangka fikiran yang rasional yang mampu memberikan arti penting dalam menyadari otoritas diri sebagi makhluk yang berdimensi dalam memahami diri dan hak miliknya.
Tujuan filsafat dakwah adalah memberikan pemahaman yang bersifat universal tentang suatu ajaran islam secara mendalam, mendasar dan radikal sampai keakar-akarnya, sehingga akhirnya dapat membawa pada kebenaran yang hakiki, kebenaran hakiki tersebut terimplementasikan dalam sikap keseharian sebagai orang islam. Dengan demikian filsafat dakwah juga memberikan kontribusi keilmuan dengan mempertajam metodologi dan pendekatan sehingga para da’I mampu melihat realitas umat secara tajam dan santun.[5]



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Objek dakwah adalah orang-orang yang dijadikan sasaran untuk menerima dakwah yang sedang dilakukan oleh da’i. Keberadaan objek dakwah yang sering kita kenal dengan mad’u, yang sangat heterogen baik ideologi, pendidikan, status sosial, sosial,, kesehatan dan sebagainya
Secara ringkas ruang lingkup filsafat dakwah paling tidak meliputi empat hal yang selalu punya kaitan erat. Yaitu:
a.         Manusia sebagai pelaku (subyek) dakwah dan manusia sebagai penerima (obyek) dakwah.
b.        Agama Islam sebagai pesan atau materi yang harus disampaikan, diimani serta diwujudkan dalam realitas (diamalkan) di masyarakat.
c.         Allah yang menciptakan manusia dan alam, sebagai Rab yang memelihara alam dan menurunkan agama Islam serta menentukan terjadinya proses dakwah. Dan
d.        Lingkungan, yaitu alam (bumi dan sekitarnya) tempat terjadinya proses dakwah.
            Manfaat filsafat dakwah adalah berguna untuk menentukan para da’I agar mampu memahami ajaran islam secara radikal, sampai keakar-akarnya sehingga menemukan kebenaran yang hakiki. Para da’I mampu menjelaskan bahwa islam universal, tidak bertentangan logika dan akal sehat.


DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri Yuyun, Ilmu Dalam Perspektif, (Jakartra: Yayasan Obor Indonesia dan Leknas        LIPI, 1982)
Mustafa Ahmad, 1997: Filsafat Islam, Pustaka Setia, Bandung.
A. Heri Hermawan, M Ag, Yaya Sunarya, M,pd. 2011: Filsafat Islam, Insan Mandiri, Bandung.
A. Munir Mulkham, Ideologisasi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: SIPRESS, 1996)           
Siti Uswatun Khasanah, Berdakwah Dengan Jalan Debat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007)


[1] Yuyun Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, (Jakartra: Yayasan Obor Indonesia dan Leknas LIPI, 1982) hal 15

[2] Mustafa, Filsafat Islam, Pustaka Setia, Bandung, 1997. Hal: 23
[3] Heri Hermawan, Yaya Sunarya, Filsafat Islam, Insan Mandiri, Bandung, 2011. Hal: 17

[4] Munir Mulkham, Ideologisasi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: SIPRESS) 1996.hal 11                                                                 

[5] Siti Uswatun Khasanah, Berdakwah Dengan Jalan Debat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset) 2007. Hal 16

1 komentar: