Kamis, 01 Desember 2016

ilmu dakwah

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh dan sirah atau dalam bahasa Inggris disebut history. Dari segi bahasa Al-Tarikh berarti ketentuan musa/waktu. Sedangkan menurut istilah, Al-Tarikh berarti “sejumlah keadaan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau dan benar-benar terjadi pada diri individu.
Oleh karena itu sejarawan yang baik adalah sejarawan yang mampu mendatakan fakta sejarah masa laulu seobjektif mungkin, pada awal masa modern terdapat golongan yang pesimis, bahkan sinis terhadap sejarah, seperti Napoleon. Sebagaimana dikutip Ali Syariati mengatakan “Sejarah tidak lain sekedar kebohongan-kebohongan yang diterima oleh semua orang”.
Dari pengertian tersebut kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan agama Islam.
B.  RUMUSAN MASALAH
1.      Jelaskan Perkembangan Dakwah Masa Nabi?
2.      Jelaskan perkembangan dakwah pada masa Khulafaur Al-Rasyidin?
3.      Bagaimana perkembangan masa Umayah?
4.      Bagaimana perkembangan masa Abbasiyah?






BAB II
PEBAHASAN
A.    Masa Nabi Muhammad SAW
 Selama hayatnya Nabi Muhammad SAW berdakwah melalu lima periode, yaitu periode dakwah rahasia, periode dakwah  terbuka, priode penindasan keagamaan, periode hijrah ke Yatsrib, dan periode menetap di madinah.
1.      Periode dakwah rahasia[1]
Wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Rasul SAW adalah surat al-‘Alaq dengan lima ayat permulaannya yang bunyinya bermakna: “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan Tuhan mu lah yang maha mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (Yusran (ed.) 2009:598). Sesudah lima ayat itu berhenti menurut pendapat yang kuat, selama 40 tahun.
Kemudian diturunkan lagi wahyu berikutnya melalui surat al-Mudassir ayat  1 sampai 7, yang bunyinya berarti: “wahai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu brilah peringatan! Dan agungkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan tinggalknalah segala (perbuatan) yang keji, dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena Tuhanmu bersabarlah” (Yusran (ed.), 2009:576).
      Dengan turunnya ayat-ayat tersebut, memulai Rasul SAW melakukan dakwah secara rahasia orang yang mula-mula beriman dalam ahli baitnya adalah Khadijah dan Ali ibnu Abi Thalib. Dakwah Rasul SAW disambut pula oleh Zaid ibnu Harisah (anak angkatnya) dan Ummu Aiman (ibu asuhnya). Diluar ahli baitnya, orang yang mula-mula menerima dakwahnya adalah Abu Bakar, kawan Rasul SAW sebelum diutus oleh Allah. Abu Bakar mendakwahkan islam kepada orang-orang yang ia percayai, dari tokoh-tokoh Quraisy. Kelompok orang yang menyambut dakwah Abu Bakar diantaranya adalah Usman ibnu Affan, Az-Zubair ibnu Al-Awwam, Safiyah binti Abdil Muththalib, Abudrrahman ibnu Auf, Sa’ad ibnu Abi waqqash, dan Thalhah ibnu Abdillah.
        Dakwah rahasia tersebut berjalan selama tiga tahun, dan jumla pemeluk islam mencapai 40 orang. Dari nama-nama tersebut ada juga orang-orang terhormat suku Quraisy yang menerima (memeluk) agama islam. Sejumlah budak lebih memiilih lapar, derita, dan kessusahan mengikuti Nabi Muhammad SAW, padahal sekiranya mereka tinggal dengan majikannya akan lebih tenang dan tentram.
2.         Periode Dakwah Terbuka[2] 
Periode rahasia telah berlalu dan Rasul SAW tidak lagi melakukan dakwahnya kepada kalangan umum suku Quraisy. Orang-orang yang telah menerima Islam melakukan sholah secara sembunyi-sembunyi agar tidak tercium oleh orang-orang Quraisy.
Sejak itu Rasulullah SAW mengganti dakwah rahasianya dengan dakwah terbuka. Rasulullah SAW mengundang suku Quraisy dan orang-orang pun berkumpul hendak mendengarkan apa yang akan dikatakannya. Peristiwa tersebut berlangsung dibukit shofa. Sejak itu khutbah Rasulullah SAW menjadi salah satu media dakwah. Ketika Rasulullah SAW menyeru mereka agar beriman kepada Alllah yang maha Esa, maka Abu Lahab berkata: “hanya untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau”. Saat itu pula Allah menurunkan surat al-Lahab,  kemudian diturunkan pula ayat 214 sampai dengan 216 surat Asy-Syu’ara yang bunyinya bermakna: “dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu. Kemudian jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah (Muhammad),”Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan”. (Yusran (ed.), 2009:377).
3.      Periode Penindasan Keagamaan[3]
Ketika keganasan suku Quraisy tambah hebat menindas para pengikutnya, Nabi Muhammad SAW menasihati mereka agar hijrah ke Abbesenia, maka berangkatlah mereka melakukan hijrah pertama ke negeri itu, yakni sebanyak sepuluh orang laki-laki dan lima orang perempuan. Suku Quraisy melakukan penindasan dan siksaan terhadap Rasul SAW dan pengikut-pengikutnya. Namun penindasan itu tidak mengubah sikap orang-orang yang beriman, maka suku Quraisy pun melakukan pemboikotan terhadap Rasul SAW dan sahabat-sahabatnya. Mereka menulis suatu piagam yang menyatakan kesepakatannya terhadap pemboikotan tersebut. Karena pemboikotan tersebut tampaknya tidak menggoyahkan orang-orang yang memeluk Islam, lalu mereka memikirkan untuk rujuk dari pemboikotan.
Rasul SAW menyuruh sahabat-sahabatnya untuk hijrah lagi ke Abbesenia. Maka hijrahlah sebagian besar kaum muslimin berjumlah 83 orang lak-laki dan 18 orang perempuan. Selama masa demikian, telah “bangun” lima orang terkemuka dari suku Quraisy menuntut dibatlkannya piagam pemboikotan yang telah mereka buat. Pada masa itu istri Rasul SAW, Khadijah wafat, kemudian disusul oleh paman beliau Abu Thalib. Suku Quraisy terus saja menghina Rasul SAW, maka Rasul pun pergi ke Taif untuk minta bantuan dari kabilah Tsaqif, namun kabilah tersebut tidak mau menolongnya.
Di dalam periode ini pula telah datang Thufail Ibnu Amr Al-Daus, famili Abu Hurairah kepada Rasul SAW. Ia menerima agama Islam dan Rasul pun meminta dia agar mendakwahi kaumnya sepulang dia ke kampungnya. Isra’ Mi’raj terjadi di dalam masa ini. Rasul SAW menceritakannya kepada penduduk Mekah namun mereka mendustakannya serta memandangnya sebagai sesuatu yang aneh sekali. Karena suku Quraisy selalu menolak dakwahnya, Rasul SAW menwarkan agama Islam kapada para kabilah. Pada tahun kesepuluh dari masa pengutusannya, Rasul SAW menemui sejumlah penduduk Yasrib dari kabilah Khazraj saat musim haji. Enam orang dari penduduk menerima Islam dan bersedia membantu perjuangan Rasul SAW.
4.      Periode Hijrah Rasul SAW beserta Kaum Muslimin ke Yastrib[4]
Para pemimpin suku Quraisy merasa sesak dada melihat keteguhan orang-orang Islam, sehingga keganasannya makin menjadi-jadi. Dalam rapatnya suku Quraisy mempertimbangkan untuk menghukum Muhammad SAW, sebab para pelindungnya sudah tidak ada lagi, Khadijah sudah meninggal, begitu pula pamannya, Abu Thalib. Macam-macam usul yang diajukan dalam rapat itu dan akhirnya mereka sepakat untuk memilih seorang pemuda yang bisa mewakilinya dari tiap kabilah. Semua pemuda itu doberi tugas untuk membunuh Nabi Muhammad SAW, dan darahnya harus dibagikan kesemua kabilah bangsa Arab. Saat itu kaum muslimin berangsur-angsur hijrah menuju Madinah.
Adapun pera pemuda yang ditugasi membunh Rasul SAW adalah Uqbal ibnu Abi Mu’idh mewakili bani Abdi Syamsi, Umaiyah ibnu Khalaf mewakili semua kabilah, Nadhru ibnu Al-Haris mewakili ibnu Abdi Al-Dar, dan Abu Jahal mewakili bani Hasyim. Mereka harus hadir pada suatu malam yang telah ditetapkan untuk melakukan pembunuhan. Pada malam tersebut mereka pergi dan mengepung rumah Rasul SAW dari sejala penjuru. Namun demikian Allah menghancurkan komplotan mereka sehingga rencananya gagal total.
5.      Periode Menetap di Madinah[5]
Di Madinah, Rasul SAW mulai membangun masjid pertaman dengan berasakan taqwa, dan diberi nama Masjid Quba’. Kemudian Rasul SAW melanjutkan perjalanannya sampai di wilayah Bani Salim tepat pada hari Jum’at. Disana beliau melakukan shalat Jumat, dan di situlah beliau melaksanakan Jum’at pertama, sekaligus memberikan Khutbah Jum’at pertama.
Selain itu, Rasul SAW pun mengadakan persaudaraan di antara kaum Muhajirin dan Ansar. Di madinah Rasul SAW membuat piagam yang bisa disamakn sengan sebuah konstitusi. Dalam periode Madinah, Rasul SAW mengadakan perlindungan dakwah, yang dianggapnya perlu ada dalam keadaan perang, seperti adanya pengintai dan mata-mata atau intelejen. Rasul SAW pun membentuk angkatan perang kaum muslimin untuk maksud mengadakan perlindungan dakwah itu.
Selama di Madinah, sangat banyak pekerjaan Rasul SAW, selain mengirimkan para utusan, mengadakan diplomasi keagamaan beliau juga menerima utusan-utusan yang datang menghadap baliau, baik dari bangsa Arab, atau bukan. Akhirnya di dalam periode ini Rasul SAW melakukan peperangan bela diri dan perlindungan dakwah.
B.  Perkembangan Dakwah Pada Masa Khulafaur Al-Rasyidin
1.      Abu BakarAsh Shiddiq[6]
                 Pemerintahan Khulafaur Rasidin banyak melukiskan perjalanan Rasul SAW dalam bidang pemberitaan. Kemudian ditambah bebrapa unsur baru yang diperlukan sesuai dengan situasi masa masing-masing khalifah. Khalifah Abu Bakar berlangsung selama tiga tahun dan semuanya merupakan keberkatan untuk Islam. Dalam melakukan kekhalifahannya, Abu Bakar telah melakukan beberapa karya besar sebagai berikut:
1)      Mengembalikan orang-orang murtad kepada Islam
Setelah Rasul SAW wafat, sebagian orang telah memeluk agama Islam berpendapat tidak wajib membayar zakat. Menurut mereka zakat itu hanya diserahkan kepada Rasul SAW saja. Abu Bakar membuat edaran kepada mereka supaya jangan membedakan zakat dengan shalat.. Namun demikian, orang-orang itu tidak mengindahkan edaran Abu Bakar, sehingga Abu Bakar memerangi tindakan mereka. Karya besar tersebut merupakan kegiatan dakwah Islam Abu Bakar yang berhasil dibangunnya.
2)      Melaksanakan penugasan batalion Usamah
Sebelum wafat, Rasul SAW telah mempersiapkan tentara dibawa komando Usamah ibnu Zaid, dan menyuruh Usamah bersiap-siap berangkat menuju Sam di daerah wilayah Romawi. Maksud pembentukan batalion tersebut ialah untuk mengadakan patroli di sepanjang tapal batas negeri kaum muslimin.. Keberadaan batalion tersebut membuat orang-orang yang ingin murtad dari agama Islam mengurungkan niatnya. Demikian pula keberadaan batalion tersebut merupakan satu medium pemberitaan bagi para kabilah Arab, dimana tersirat bahwa Islam mempunyai kekuatan dan pemerintah yang melindunginya luar dan dalam. Begitu pula bagi negeri-negeri yang berbatasan dengan jazirah Arab.
3)      Pengiriman angkatan perang ke Irak dan Syria
Islam harus diamankan dari dalam dan juga dari luar. Politik demikian itu telah dilakukan oleh Rasul SAW sendiri, dan Abu Bakar meneruskannya. Pengamanan Islam dari dalam telah selesai dengan mengembailikan orang-orang murtad ke pengakuan Islam. Tindakan tersebut dilakukan Abu Bakar agar orang-orang Arab yang telah menganut Islam di perbatasan itu tidak hidup dalam keadaan cemas. Fakta demikian itu pada hakikatnya memiliki dua sisi saling menyempurnakan, yaitu sisi sejarah dan sisi pemberitaan serta dakwah Islamiah.
4)      Usaha menghimpun ayat-ayat Al-Quran
Dalam peperangan menumpas orang-orang yang murtad, banyak para kuffada mati syahid. Umar menasihati Abu Bakar agar melakukan pengumpulan ayat-ayat Al-Quran yang diwahyukan Allah. Maksudnya agar dijadikan Kitab Suci yang abadi dan tidak mengalami perubahan dari tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hati Abu Bakar terbuka menerima usul Umar. Maka sebelum usai masa kekhalifahan Abu Bakar, Al-Qur’an telah tersusun dalam bentuk tulisan, disamping yang berada dalam ingatan dan hafalan sejumlah kaum muslimin.
2.      Umar Ibn Khattab[7]
Khalifah Umar adalah pemimpin negara Islam. Selama pemerintahannya, ia telah melakukan beberapa pekerjaan besar pula, diantaranya:
1)   Membentuk perkantoran (dewan)
Diantaranya membentuk Dewan Peradilan, Sensus, Kharaj, Pos, Baitul Mal, dan Dewan Perkiraan Serangan Musuh (Intelejen)
2)   Membangun gedung-gedung percetakan uang, rumah penjara dimana orang-orang yang berdosa dihukum, perdagangan kebajikan yang disebut baitul dojiq untuk membantu para miskin dan orang kelaparan.
3)   Melakukan politik pemberitaan
1.    Penaklukan atas dasar politik Rasul SAW dan Abu Bakar
2.    Para sahabat Rasul SAW tidak diperkenankan meninggalkan Madinah, karena mereka dipandang sebagai Majelis Suru
3.    Memata-mata suasana dan perikehidupan rakyat
4.    Mengirim surat edaran kepada komandan, gubernur, dan qadhi
5.    Melakukan kunjungan ke berbagi kota dan daerah
6.    Qudwah hasanah Umar sendiri
7.    Memberi bantuan dan santunan kepada orang sakit yang non muslim
8.    Sewaktu-waktu memanggil para amir daerah agar menghadapnya.
4)   Melakukan penaklukan-penaklukan
Pada masanya, Umar berhasil menaklukkan Persia, Babil, Kusa, Sabath, Jalula’, Naimuwa, Mosol, Manzah, Hait, Ahwar, Tastar, Sus Hamarau, Azrabijah, Al-Bab, Khurasan, Posa, Darabajraj, Karman, Sijirtan, Makran, Syria, Damaskus, Humash, dan Mesir. Penduduk Persia, Irak, dan Suria melihat bahwa dalam Islam terdapat kemerdekaan dan toleransi yang menyelamatkan mereka dari tirani, paksaan, dan kesewenangan-wenagan selama masa itu. Saat otu pula Islam menjamin kemerdekaan beragama bagi mereka, membebaskan mereka dari kewajiban dinas militer dengan membayar jizyah dan mereka boleh tetap menganut agama lamanya.
3.      Usman Ibn Affan[8]
Pada masa Usman, dakwah Islamiah dilakukan dengan beberapa gebrakan di bidang militer, dan penulisan beberapa mushaf al-Quran. Gerakan militer masa Usman diarahkan kepada sasaran berikut:
1)   Menghukum orang-orang yang melanggar, dan memadamkan pemberontakan yang berlangsung dalam sebagian wilayah yang telah masuk Islam masa Umar.
2)   Meneruskan perluasan Islam di wilayah yang telah dikuasai pada masa Umar ibn Khattab. Dengan demikian, negeri Barqah, Torabolis, sebagian negeri-negeri di anatara sungai Ainu Darya dengan Sys Darya bergabung ke dalam Daulah Islamiah. Saat itu juga kaum muslimin bisa menguasai Bolakh, Harah, Kabul, dan Gaznah dari Turki.
Karena timbul anaeka macam cara dalam membaca Al-Quran, maka Usman memerintahkan penulisan mushaf al-Quran dangan dialog Quraisy. Maka ditulislah beberapa buah mushaf dimaksud, kemudian dikirimkan ke beberapa kota Islam waktu itu, dan sebuah mushaf ditinggalkan bersama Usman. Mushaf inilah yang dikenal dengan sebutan Mushaf Al-Imam, dan terkenal sampai kini.
Namun demikian situasi masa Usman mulai memburuk dan kacau, Usman tidak melarang para sahabat Nabi Muhammad SAW meninggalkan ibu kota tempat ia memerintah.
4.      Ali Bin Abi Thalib[9]
Ali adalah seorang yang memiliki banyak kelebihan, selain itu ia adalah pemegang kekuasaan. Beberapa hari setelah pembunuhan Utsman stabilitas keamanan kota Madinah menjadi rawan kemudian Ali bin Abi Thalib tampil mengantikan Utsman, menerima baiat dari sejumlah kaum muslimin.
Tugas pertama yang dilakukan Ali adalah menghidupkan cita-cita Abu Bakar dan Umar, menarik kembali semua tanah dan hibah yang telah dibagikan oleh Utsman. Ali juga menurunkan semua gubernur yang tidak disenangi rakyat. Oposisi terhadap Ali secara terang-terangan dimulai oleh Aisyah, Thalhah, dan Zubair. Mereka sepakat menuntut khalifah Ali segera menghukum para pembunuh Ustman. Tuntutan yang sama juga diajukan oleh Muawiyah, bahkan ia memanfaatkan peristiwa itu untuk menjatuhkan kekuasaan Ali.
Khalifah Ali sebenarnya ingin menghindari pertikaian dan mengajukan kompromi kepada Thalhah dan kawan-kawan, tetapi tampaknya penyelesaian damai sulit dicapai. Oleh karena itu, kontak senjata tidak dapat dielakkan lagi. Thalhah dan Zubair terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah dikembalikan ke Madinah. Segera sesudah menyelasaikan gerakan Thalhah dan kawan-kawan pusat kekuasaan Islam di pindahkan ke kota Kufah. Sejak saat itu berakhirlah Madinah sebagai ibukota kedaulatan Islam dan tidak ada lagi seorang khalifah yang berkuasa berdiam disana. Sekarang Ali adalah pemimpin dari seluruh wilayah Islam, kecuali Suriah.
Maka dengan dikuasainya Syiria oleh Muawiyah, yang secara terbuka menentang Ali. Pertempuran sesama muslim terjadi lagi, yaitu antara angkatan oerang Ali dan pasukan Muawiyah di kota tua Siffin. Peperangan Siffin diakhiri melalui tahkim (arbitrase). Namun ternyata tidak menyelesaikan masalah, dan menyebabkan lahirnya golongan Khawarij. Kelompok Khawarij benar-benar merepotkan khalifah Ali, sehingga memberikan kesempatan kepada pihak Muawiyah, untuk memperkuat dan meluaskan kekuasannya.
Karena kekuatannya telah banyak menurun, terpaksa Khalifah Ali menyetujui perjanjian damai dengan Muawiyah, yang secara politis berarti Khalifah mengakui keabsajan kepemilikan Muawiyah atas Syiria dan Mesir. Kelompok Muawiyah juga berusaha sedapat mungkin untuk merebut massa Islam dari pengikut Ali, Muawiyah, dan Amr. Tepat pada 17 Ramadan 40 H, khalifah Ali terbunuh, pembunuhnya adalah Ibnu Muljam, seorang anggota Khawarij yang sangat fanatik.
C.  Perkembangan Masa Umayah
Dalam masa ini terjadi perluasan wilayah Islam yang mencakup tiga medan (Syalaby, 1974:113), yaitu:[10]
1.    Medan melawan kekuasaan Romawi di Asia Minor, dan meluas ke pengepungan Kustantiniyah serta beberapa pulau di laut  Tengah,
2.    Medan utara Afrika meluas sampai ke laut Atlantik, kemudian menyeberangi Selat Gibyaltar dan meluas ke Azbania,
3.    Medan timur, dari Irak kemudian bercabang dua. Satu cabang menuju ke utara ke daerah-daerah antara Amu Darya dan Syz Darya, dan satu cabang lagi ke selatan mencapai negeri Siud.
Umar Ibnu Abdil Aziz merupakan seorang Khalifah Umawiyah yang saleh. Usahanya di bidang dakwah Islamiah antara orang-orang Islam yang melampaui batas, dia menggantikan perang dengan mendakwahi kaum non muslim secara hikmah dan pengajaran yang baik. Dengan orang-orang Islam yang melampaui batas dan golongan Khawarij, ia melakukan semacam dialog agar bisa menundukkan mereka melalui dalil-dalil yang dikemukakannya dalam kegiatan dakwahnya itu, Umar mengalami kesuksesan dalam dakwahnya.
          Melalui ilmu dakwahnya itu pila raja-raja Sindi menjadi masuk Islam, serta rakyat negerinya itu pun mengikuti jejak raja-rajanya. Demikian pula kebanyakan orang Mesir, Syria, dan Persia, yang mulanya tidak mau masuk Islam, pada masa Umar Ibnu Abdil Aziz mereka langsung memeluk agama Islam. Sesudah masa Amawiyah, terhentilah perluasan daerah Islam. Daulah Abassiyah pun tidak bisa maju lagi setapakpun, namun tidak berarti pergerakan Islam mandekberhenti. Islam terus berjuang dan memperoleh kemenangan melalui perjalanan dakwah para dai dan pedagang.
Keadaan yang membantu kaum muslimin mencapai kemenangan dalam penaklukan Sindi adalah dukungan dua suku, yaitu suku Sindi dan Siud. Sindi bergabung dengan tentara kaum muslimin dan orang-orang Siud yang mengangkat kaum muslimin sebagai penguasa serta membayar jizyah dengan sukarela.  Masa Amawiyah ditandai dengan sejumlah pergerakan pemikiran dan revolusi yang tidak terdapat pada masa-masa lainnya. Masa ini merupakan masa yang paling subur dengan revolusi pemikiran dan revolusi kemiliteran, yaitu dengan pergerakan Syi’ah, Revolusi Abdullah ibnu Zubair, Khawarij, Muktarilah, Jabariah, dan Murjiah. 
D.  Perkembangan Mas Abbasiyah
Masa Abbasiyah[11] pertama (132-232 H) merupakan masa renaisans ilmiah, dalam masa ini terjadi penyusunan dan penulisan kitab-kitab, pengaturan ilmu-ilmu Islam yang disebut juga Al-Ulumul Naqliyah, dan penerjemah dari bahasa asing. Tahap terendah dalam menyusun dan menulis kitab ialah mencatat pemikiran atau hadits dan sebagainya pada lemabaran kertas yang tersendiri. Tahap pertengahan adalah membukukan pemikiran-pemikiran yang sama, atau hadits Rasul SAW dalam satu buku (dewan). Maka terkumpullah hukum-hukum Fiqh dalam satu buku, atau sekumpulan hadits, atau berita-berita sejarah, dan sebagainya. Tahap tertinggi lebih teliti lagi dalam membukukannya, penyusunan lebih teratur, berdasarkan bab dan pasal-pasal tertentu.
Untuk penerjemahan dari bahasa asing, pada masa itu dibangun Baitul Hikmah bagi para ahli pengetahuan, yang berkumpul guna melakukan penerjemahan tersebut. Selain yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, para khalifah masa itu pun mempunyai hubungan diplomatik dengan raja-raja di Eropa.
      Masa Abbasiyah kedua (232-290 H) dan ketiga (590-656 H) merupakan masa-masanya berkuasa Turki (Al-Mamalik), Banu Buwaih, dan Saljuk. Pada masa ini tercatat usaha di seluruh kota di wilayah Irak dan Khurasan. Perguruan dimaksud diberi nama Al-Nidhamiyah. Jaringan perguruan tersebut kemudian meluas ke kota-kota Bagdad, Balakh, Naisapur, Harah, Ishfaham, Basrah, Moro, Amal, dan Mosol. Nama perguruan itu diambil dari nama raja pendirinya, seperti Nidham’i Muluk. Raja ini memberi perhatian yang sangat besar terhadap tokoh-tokoh unggulan pada masanya seperti Al Gazali yang terkenal sebagai “lautan ilmu-ilmu Islam,Tasawuf, dan Filsafat”. Kitab-kitabnya banyak dibaca dunia Barat oleh kaum Orientalis. Karya besar Al-Gazali adalah Ihya Ulumud Din, yang bermakna menghidupkan ilmu-ilmu agama.
      Dari uraian diatas, kita bisa mengetahui bahwa agama Islam telah mulai tersiar melalui ilmu pengetahuan, seperti Tafsir dan Hadits. Dengan dibukukannya ilmu-ilmu itu, maka Islam menjadi dikenal lebih luas di kalangan masyarakat muslim sendiri dan juga non muslim. Islam pun tersiar melalui kitab-kitab fiqih, sehingga masyarakat pun mulai berkenalan dengan hukum-hukum Islam. Melalui kitab-kitab Tafsir, Hadits, dan Fiqih, Islam pun sampai ke pelosok-pelosok alam Islam pada masa Itu. Bahkan sampai juga ke dalam pelosok-pelosok sebagian masyarakat Barat.
`     Hubungan diplomatik juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dakwah Islamiyah. Walaupun raja-raja di Eropa tidak memeluk Islam, namun mereka beserta rakyatnya sudah mengenal Islam melauli utusan-utusan diplomatik dari para khalifah Islam.


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Semua ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW telah disiarkan melalui beberapa periode. Penyiarannya telah sempurna dengan sejumlah alternatif dan sarana terbuka. Namun demikian, untuk menempatkan dakwah dalam ilmu pengetahuan harus disertai analisa, persepsi, dan penafsiran.
Segala usaha yang dilakukan para khulafaur Khulafaur Rasyidin adalah karya-karya untuk dapat terlaksananya dakwah Islamiah, sesuai dengan kondisi dan situasi masanya masing-masing khalifah. Masa Umayah ditandai dengan sejumlah pergerakan pemikiran dan revolusi pada masa-masa kainnya. Masa Abbasiyah mengalami banyak kemajuan melalui tersiarnya ilmu pengetahuan.
















Daftar Pustaka
Suhandang, Kustadi. Ilmu Dakwah. 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. 2009. Jakarta: AMZAH.


[1] Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hlm.31-32
[2] Ibid., hlm. 33-34
[3] Ibid., hlm 35-36
[4] Ibid., hlm 36-37
[5] Ibid., hlm 38
[6] Ibid., hlm 49-50
[7] Ibid., hlm. 51-52
[8] Ibid., hlm. 52-53
[9] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (2009, Jakarta: AMZAH), hlm. 109-112
[10] Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hlm. 55-56
[11] Ibid., hlm. 58-60

Tidak ada komentar:

Posting Komentar