Kamis, 01 Desember 2016

statistika



BAB II
PENDEKATAN KUALITATIF
PADA PENELITIAN DAKWAH

A. Pengertian Metode penelitian kualitatif
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan datanya dilakukan secara teriangulasi (gabungan), analisis datanya bersifat induktif, dan hasil penelitianya lebih menekankan pada proses dan makna daripada generalisasi.
Menurut Banister (1994) penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai suatu cara sederhana, sangat longgar, yaitu suatu penelitian interpretatifterhadap suatu masalah di mana peneliti merupakan sentral dari pengertian atau pemaknaan yang dibuat mengenai masalah itu. Meriam (1998) merumuskan penelitian kualitatif sebagai suatu konsep payung yang mencakup beberapa bentuk penelitian untuk membantu peneliti memahami dan menerangkan makna fenomena sosial yang terjadi dengan sekecil mungkin gangguan terhadap setting alamiahnya.
Penelitian kualitatif bertitik tolak dari paradigma fenomenologis yang objektivitasnya dibangun atas rumusan tentang situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok sosial tertentu, dan relevan dengan tujuan penelitian. Menurut Wilhelm Dilthey dan kemudian Spranger sebagaimana dikutip oleh Moleong, 2002) mengenalkan istilah verstehen (pemahaman, pengertian) untuk mengungkap makna dari sudut pandang pelaku yang mengalami dan menghayati kejadian tersebut melalui pengamatan si peneliti yang bersifat partisipatif.
Metode pengumpulan data yang paling mewakili karakteristik pendekatan kualitatif adalah observasi partisipan dan in-depth-interview. Prosedur secara runtut yang digunakan adalah: (1) mengumpulkan data yang berujud kata-kata, (2) menganalisa kata-kata tersebut dengan melalui pendeskripsian peristiwa-peristiwa dan memperoleh atau menetapkan tema, (3) mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum dan luas, (4) tidak membuat prediksi terhadap yang diamati, tapi menyadarkan diri pada peneliti untuk membentuk apa yang mereka laporkan, dan (5) tetap dapat dilihat dan ada dalam laporan tertulis (Bogdan dan Biklen, 1982).

B. Pengumpulan Data
Kualitas hasil penelitian kualitatif pada dasarnya sangat tergantung pada kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan datanya. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah penelitinya sendiri. Kareannya peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi”, khususnya yang berkaitan dengan penguasaan atau pemahaman terhadap metode kualitatif sendiri, penguasaan wawasan terhadap bidang yang akan diteliti dan sebagainya.
Sebagai human instrument, peneliti bertugas untuk penetapkan fungsi penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan mengumpulan data, menilai kualitas data, analisa data, menafsirkan data dan membuat analisa atas temuannya (Sugiyono, 2005: 60).
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa teknik yang umum digunakan dalam menggali data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan trianggulasi.










Oval: Observasi






Oval: Wawancara

Macam teknik pengumpulan data

 




Oval: Dokumentasi





Oval: Trianggulasi

 














Macam-macam Observasi
Marshall (1995) menyatakan bahwa:” through observation, the researcher lear about behavior and the meaning attached to those behavior”. (Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut”.
Spradley membagi observasi berpartisipasi emnajdi empat: (1) pasive participation, (2) moderate participation, (3) active particpation, and (4) complete participation.
Stainback (1998) menyatakan:” in participant observation, the reseacher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities” (Dalam observasi partisipasif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Partisipasi pasif (pasive participation): means the reseacher is present at the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tida ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
Partisipasi aktif (active participation); means that the sesearcher generally does what others in setting do. Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa  yang dilakukan oleh nara  sumber tetapi belum sepenuhnya lengkap.
Partisipasi lengkap (compellete participation): means the reseacher is a naturalal participant. This is the Highest level of involvement. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya  terhadap ada yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, penelti tidak terlibat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.

Partisipasi  Terlibat
Seperti namanya, partisipasi terlibat ini merupakan adanya keinginan peneliti untuk terlibat langsung dalam dunia sosial yang dipilih sebagai obyek penelitian. Dengan melibatkan diri secara langsung ini peneliti dapat mendengar, melihat dan   terlibat dalam dunia pengalaman yang ada. Sementara   Johngensen (1989) seperti dikutip Deddy (2001) mengemukan bahwa metode pengamatan terlibat dapat didefinsikan berdasarkan tujuh ciri beikut: (1) Minat khusus pada makna dan intereksi manusia berdasarkan perspektif orang-orang dalam atau anggota-anggota situasi atau keadaan tertentu. (2) Fondasi penelitian dan metodenya adalah kedisinian dan kekinian kehidupan sehari-hari. (3) Bentuk teori dan penteorian yang menekankan interpretasi dan memahakan eksistensi manusia. (4) Logika proses penelitian yang terbuka, luwes, oportunistik, dan menuntut redefinisi apa yang problematik, berdasarkan fakta yang diperoleh dalam situasi nyata eksistensi manusia. (5) Pendekatan dan rancangan yang mendalam, kualitatif, dan studi kasus. (6) Penerapan peran partisipasi yang menuntut hubungan langsung dengan pribumi di lapangan. (7) Penggunaan pengamatan langsung bersama metode lainnya dalam mengumpulkan informasi.
Sementara Becker at al. (1968) mengatakan bahwa pengamatan terlibat merupakan pengamatan yang dilakukan sambil berperan serta dalam kehidupan terhadap orang yang diteliti. Jadi, pengamatan terlibat adalah  mengikuti orang-orang yang diteliti dalam kehidupan sehari-hari, melihat apa yang mereka lakukan, kapan dengan siapa, dan dalam keadaan apa, dan menanyai tentang  tindakan mereka. Sedangkan bagi Denzin (1978), pengamatan terlibat dianggap sebagai strategi lapangan yang secara simultan memadukan analisis dokumen, wawancara dengan responden atau informan partisipasi dan observasi langsung dalam penelitian kebudayaan yang ingin mengungkap dunia makna, maka hal ini tentunya sangatlah tidak mudah.
Dalam penelitian kualitatif, pada mulanya berangkat dari temuan-temuan fakta sosial kemudian ditransformasikan menjadi tema-tema, pola-pola, konsep-konsep, definisi-definisi atau model-model. Dalam proses itu kemudiaan dipoles dengan konsep-konsep atau teori yang telah dibaca.
Mengingat bahwa metode pengamatan terlibat sangat amat tergantung kepada peneliti sebagai instrumennya, maka dalam pelaksanaannya menuntut peneliti untuk sensitif terhadap masalah yang diteliti, memiliki kemamupaun untuk membaca masalah penelitian yang dicari, memiliki kemampuan unuk mengimajinasikan masalah-masalah penelitian untuk dirumuskan dalam hasil penelitian, dan memiliki keahlian untuk merumuskan masalah yang ditemukan di lapangan.
Satu hal yang harus disadari peneliti dalam metode ini agak sulit untuk memposisikan dirinya sebagai pengamat atau sebagai partisipan yang terlibat. Karena itu kategori Denzin, menarik untuk diperhatikan. Pertama, jenis peserta sebagai pengamat (participant as observer), dengan  membiarkan kehadirannya sebagai peneliti dan mencoba membentuk serangkaian hubungan dengan subyek, sehingga berfungsi sebagai informan; kedua, jenis partisipan penuh (complete participant): disini peneliti sampai tidak diketahui ketika ia sedang mengamati apa yang sedang diteliti (contoh: Jakarta undercover, pen): Ketiga, pengamat sebagai partisipan (observer as participant) yang lazimnya merepresentasikan situasi yang memungkinkan peneliti melakukan sekali kunjungan atau wawancara dengan informan.
Kegunaan Partisipatif
Obyek Observasi: (1) Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung: (2) Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memiankan peran tertentu: (3) Activity atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
Tahapan Obsevasi: (1) Observasi deskriptif: (2) Observasi terfokus; (3) observasi terseleksi.
·    Observasi deskriptif: Pada tahap ini peneliti belum emmbawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan diraakan. Semua data harus direkam. Obswervasi tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation, da peneliti menghasilkan kesimpulan pertama.
·    Observasi terfokus: pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observas ini dinamakan observasi terfokus, karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus.
·    Observasi terseleksi: pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang dietmukan sehingga datanya lebih rinci. Dalam tahap ini peneliti diharapkan telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori. Serta menemukan antar satu kategori dengan kategori yang lain. Dalam tahap ini peneliti diharapkan telah menemukan pemahan yang mendalam (hipotesis).
Wawancara mendalam (depth interview).
Metode ini telah menjadi instrumen pengumpulan data bagi hampir digunakan seluruh perspektif dalam naungan penelitian kualitatif.  Seperti diketahui paling tidak ada empat jenis interview yang lazim digunakan dalam penelitian: yaitu wawancara berstruktur (structured interview) melalui questioner: dimana responden hanya sedikit memiliki ruang untuk mengekspresikan pendapatnya atas keinginan mereka: wawancara semi-terstruktur (semi-structured interview)  pewancara lebih memiliki kebebasan untuk memperoleh jawaban yang standar, termasuk mengklarifikasi dan mengelaborasi atas jawaban yang diberikan. Adapun wawancara tak berstrukur (Unstructured or focused interview) sifatnya lebih terbuka (open–ended character) sedangkan wawancara kelompok (group interview) merupakan alat investigasi yang berharga dengan dengan focus disekiktar masalah yang ingin diketahui kadang-kadang wawancara tak berstuktur itu disebut perkapan “informal” atau  ( ”a conversation with a purpose”) atau juga disebut sebagai the informal conversational interview, the general interview guide approach, and the standardized  open-ended interview.
Sebagai konsekuensi dari tidak ketatnya struktur pertanyaan yang ada, tidak jarang proses tanya-jawab ini menjadi tidak terfokus (kesana-kemari), sehingga banyak data yang mubazir. Apalagi jika informan lebih suka menceritakan dirinya sendiri daripada menjawab pertanyaan yang diajukan. Oleh karena itu satu hal yang perlu diingat untuk menghindari wawancara yang tidak terfokus, peneliti harus berusaha mengarahkan wawancara itu agar sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Bagi pewancara sebaiknya tetap membawa dan memegang pedoman wawancara, yakni susunan pertanyaan yang harus diajukan, meskipun fungsinya sekedar untuk pengingat, dan bukan  untuk dilihat secara terus-menerus. Pedoman wawancara ini hanyalah panduan umum, yang hanya memuat point-point yang akan  ditanyakan pewancara.
Keberhasilan wawancara sangat amat tergantung pada kemahiran peneliti untuk mengarahkan pertanyaan yang diajukan seefisien mungkin, terfokus dan yang tak kalah penting bentuk pertanyaan tidak monoton. Seni bertanya yang didasarkan pengetahuan yang luas atas masalah yang akan ditanyakan sangat penting untuk memperoleh kualitas data yang baik. Sebaliknya jika pengetahuan peneliti atas masalah yang akan ditanyakan sangat minim, sudah hampir dipastikan kualitas data yang diperoleh juga rendah. Padahal kekuatan metode seperti ini peneliti memiliki kesempatan secara terbuka untuk melakukan improvisasi dalam upaya memperoleh jawaban yang diinginkan.
Sebaliknya jika pengetahuan peneliti atas masalah yang akan ditanyakan sangat minim, sudah hampir dipastikan kualitas data yang diperoleh juga rendah. Padahal kekuatan metode seperti ini peneliti memiliki kesempatan secara terbuka untuk melakukan improvisasi dalam upaya memperoleh jawaban yang diinginkan.
Selanjutnya setelah seluruh pertanyaan sampai mencapai titik jenuh (tidak ada yang perlu ditanyakan lagi) hasil wawancara dipilah-pilah berdasarkan kategori yang relevan dengan model, hipotesis, atau kerangka teori yang sedang diajukan. Analisa data dapat dilakukan tanpa harus menunggu terkumpulnya seluruh data terkumpul seluruhnya.
Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknis pengumpulan data yang bersifa menggabunkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji krediblitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik penguimpulan data berbagai sumber.
Triangulasi Teknik, berarti penliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-bda untuk menapatkan data dari sumber sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawncara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempal.
Dalam Triangulasi, Susan Stanback (1988) menyatkan abhwa ” the aim is not to determine the truth about some social phenomenon, rather the pupose of tringulation is to increase one’s understanding of what eevr is being investigated” (tujuan triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahamanpeneliti terhadap apa yang telah ditemukan).
Mathinson (1988) mengemukakan:” the value of triangulation lies in providing evidence-whether convergent, inconsistent, or contracditory”. Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adlah untuk emngetahui data yang diperoleh convergent (meluas, tidak konisten atau kontradiksi. Dengan mengunakan triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.
Melalui trianggulasi” can build  on the strengngths 0f each type of data collection while minimizing the weakness in any single approach” (Patton, 1980).
Life histories
Bagi peneliti kualitatif, sejarah hidup merupakan sarana penelitian yang penting dan absah dengan standar interpretative dan metodologis yang semakin memadai semakin banyak actor yang menceritakan pengalaman hidup mereka, semakin leluasalah peneliti pembangun model-model atau konsep-konsep mengenai rumitnya perilaku manusia, lembaga social, dan sebagainya .
Seperti diungkap oleh Shaw bahwa: “data sejarah hidup mempunya nilai teoritis juga terapeutik. Data ini tidak hanya berguna untuk melakukan eksplorasi  pendahuluan dan orientasi  yang berhubungan dengan problem-problem khusus dalam bidang penelitian kriminologis, tetapi juga merupakan basis bagi perumusan hipotesis yang menyarankan faktor-faktor penyebab yang terlibat dalam perkembangan pola-pola perilaku nakal. Validitas hipotesis-hipotesis ini pada gilirannya dapat diuji dengan studi dengan studi komparatif atas sejarah kasus yang lebih terperinci dan metode formal analisis statistik”.
Sementara itu Jones (1993) menawarkan lima kriteria dalam life histories: Pertama, seseorang harus dipandang bagian dari kebudayaan; sejarah kehidupan menjelaskan dan menafsirkan nilai pelaku dalam perkembangannya di masyarakat. Kedua, metode ini harus menangkap peran penting  yang dimainkan orang lain didalam ”pengiriman secara sosial menetapkan persediaan pengetahuan”. Ketiga, anggapan pasti (taken for granted) tentang kebudayaan  dunia tertentu dalam studi harus dijelaskan dan dianalisa. Anggapan-anggapan itu muncul dalam peraturan  dan kode pada kelakukan seperti dalam mitos dan ritual. Keempat, sejarah kehidupan harus tertuju pada pengalaman masing-masing individu selama hal itu untuk menangkap ”proses perkembangan manusia. Kelima, kebudayaan dunia dalam pembelajaran harus dihubungkan dengan perkembangan hidup individu secara terus-menerus.
Sementara menurut Plummer, penelitian secara hidup paling tidak memiliki empat kreteria. Pertama, metode itu harus menghargai subyektifitas dan kreativitas  aktor—menunjukkan bagaimana aktor menrespon kendala sosial dan secara kreatif menghadapi dunia sosial; kedua, tindakan—melalui organisasi sosial dan terutama organisasi ekonomi; ketiga, harus menunjukkan familiaritas yang intim dengan pengalaman-pengalaman ayng ada; dan keempat, harus ada kesadaran pihak peneliti mengenai peran dasar yang bersifat moral dan politik dalam bergerak menuju struktur sosial yang memungkinkan pengurangan eksploitasi, penindasan, ketidakadilan dan memungkinkan lebih banyak kreativitas, keragamaan dan kesederajatan. Singkatnya, sebagaimana dikatakan McCall dan Wittners metode sejarah hidup  menjadi alat penting  untuk merekontruksi pengetahuan bukan saja tentang kaum tersubordinasi, tetapi juga tentang masyarakat yang melindungi mereka.
Dengan metode life history sebagian dari kita pada dasarnya menjadi peneliti sejarah, yakni sejarah kehidupan social. Penafsiran orang atas pengalamannya haruslah obyektif, yakni penafsiran actor sendiri, bukan penafsiran peneliti.Disinilah sebenarnya makna obyektif dalam penelitian kualitatif. Maka jelas bahwa pengukuran makna “obyektif” dalam penelitian kualitatif berbeda dengan makna “obyektif” dalam penelitian kuantitatif yang menekankan keseragamaan cara pandang peneliti terhadap fenomena yang mereka teliti. Bahan lain untuk melengkapi wawancara sejarah hidup adalah wawancara dengan orang lain yang punya hubungan dekat dengan subyek penelitian (significant others).(Deddy, 2005).

C. Analisis Data
Analisa Data Penelitian Kualitatif
Sebelum melakukan analisa data (kualitatif) ada cara kerja yang harus diperhatikan:
1.      Mendiskripsikan hasil wawancara secara apa adanya.
2.      Melakukan kategorisasi hasil temuan-temuan itu menurut jenis datanya yang sesuai dengan tujuan penelitian.
3.      Setelah melakukan kategorisasi baru dilakukan analisa secara kritis terhadap seluruh hasil temuan yang ada.
4.      Untuk penyajian hasil wawancara secara mendalam perlu dipisahkan antara emik (pendapat informan) dengan etik (pendapat peneliti).
5.      Pada penyajian data ada dua pilihan: Pertama, ethografi klasik (peneliti secara rinci, detail dan mendalam  menggambarkan seluruh peristiwa tanpa interpretasi. Kedua, etnografi modern laporan penelitian sudah imaginasikan dengan bantuan teori dsb.
Catatan Lapangan
1.      Catatlah segala sesuatu hasil pengamatan atau hasil interview sesegera mungkin.
2.      Jangan membicarakan pengamatan yang dilakukan sebelum menulis catatan lapangan.
3.      Cari tempat yang sepi jauh dari gangguan untuk merekam kembali segala sesuatu yang dilihat, didengar atau dirasakan selama observasi dilakukan.
4.      Sediakan waktu yang cukup untuk melakukan pencatatan hasil observasi yang telah dilakukan.
5.      Usahakan dalam melakukan rekaman kembali terhadap hasil observasi secara kronologis.
6.      Biarkanlah segala seseuatu itu keluar dari pikiran anda sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan.
7.      Jangan ada anggapan bahwa menulis catatan lapangan itu harus sekali jadi.
8.      Hendaknya disadarai bahwa menulis catatan lapangan itu adalah pekerjaan yang sangat melelahkan, sehingga membutuhkan kesabarab dan ketekunan.
Analisa Data: pada dasarnya merupakan proses pengorganisasian  dan mengurutan data ke dalam kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan pola, tema yang dapat dirumuskan sebagai hipotesa kerja.
Pertama-tama yang harus dilakukan dalam analisa data adalah pengorganisaian data dalam bentuk mengatur data, mengurutkan data, mengelompokkan data, memberi kode data dan mengkatagorikannya.
Tujuan pengorganisasian dan pengolahan data tersebut untuk menemukan tema dan hipotesa kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori.
Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang dikumpulkan, baik yang diperoleh melalui wawancara, pengamatan, catatan lapangan dst., baru melakukan reduksi data yang dilakukan dengan cara membuat abstraksi.
Sebelum data ditafsirkan dilakukan evaluasi terhadap keabsahan data, baru data ditafsirkan sebagai kemungkinan lahirnya teori.
Sementara Susan Stanback menyatakan” there are no data guidelines in qualitative reseach for determining how much data and data analysis are necessary to support and assertion, or theory”. Belum ada panduan dalam penelitian kualitatif untuk menentukan berapa banyak data dan analisis yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan atau teori.
Bogdan menyatakan:” analyis is the process of systematically serching and arranging the interview trancripts,  fieldnote, and other mataerial that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others’. Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bhan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinfromasikan  kepada orang lain.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Susan Stainback, mengemukakan” Data analysis is critical to qualitative research process. It is to recognition, study, and understanding of interrelationship and concept in your data that hypotheses and assertions can be developed and evaluated”. Analisa data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif.  Ini untuk mengakui, studi dan internalisasi pemahaman dan konsep dalam data anda, sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.
Spardley (1980) menyatakan” Analysis of any kind involve a way of thingking. It rfers to systematic examination of something to determine its parts, th relation among parts, and the relationship p the whole.Analysis is a search for patterns”. Analisa dalam penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara berfikir. Hal itu berkaitan denga pengujian secara sistematis  terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisa adalah untuk mencari pola.
Berasarkan hal tersebut dapat dikemukan disini bahwa, analis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sentesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (89).

Proses Analisa Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. In fact,  data analysis in qualitative research is an on going activity that occurs through out the investigative process rather than after process. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.
Analisis sebelum di lapangan : analisis data dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan  digunakan untuk menentukan fakus penelitian.
Analisis selama lapangan Model Miles dan Haberman: mngemukan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan ebrlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclution drawing/verification.
Setelah peneliti melaukan pengmpulan data, maka peneliti melakukan antipatory sebelum melakukan reduksi data. Anticipatory data reduction is occurring as the research decides (often full awareness) which conceptual frame work, which sites, which research question, which data collection approaches to choose.
Reduksi Data
Reduksi data: merupakan seleksi data yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang mucul dalam catatan tertulis di lapangan.
Reduksi data: berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung. Jadi reduksi data bukanlah merupakan hal yang terpisah dalam analisis.
Reduksi data: merupakan  bentuk analisis yang menajam, menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data, sehingga kesimpulan dan verifikasi dapat dilakukan.
Ada dua reduksi:
Pertama, reduksi vertikal: dimana reduksi data menunjukkan proses seleksi, fokus penyederhanaan, abstraksi, mentransformasi data mentah yang diperoleh, laporan dari lapangan menjadi konsep, hipotesis sampai pada teori.
Kedua, reduksi horizontal yang lebih menunjukkan pada proses klasifikasi konsep, variable, hipotesis atau teori.
Dalam penyajian data, akhirnya merupakan proses analisis kedua yang harus dilakukan. Sebagaimana halnya reduksi data, penciptaan dan penggunaan penyajian data tidaklah terpisah dari analisis.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.


Data Display (panyajian data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini mile menyatakan” the most frequent form of display data for qualitative  research data in the past ha been narrative tex”. Yang paling sering digunakan untuk menyanyikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Conclusion Drawing/verification : kesimpulan alam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak (karena sifatnya masih sementara).
Analisa Model Spradley:
Model ini adalah: (1) memilih situasi sosial   (Place, Actor, Activity); (2) melaksnakan observasi partisipasi; (3) Mencatat hasil observasi dan wawacara; (4) melakukan observasi deskriptif: (5) melakukan analisa domain;(6) melakukan observasi terfokus: (7) Melaksanakan analisa taksonomi: (8) Melakukan observasi terseleksi: (9) Melakukan analisis kompensial: (10) melakukan analisis tema: (11) Temuan Budaya: (12) menulis laporan.
 Analisa Domain
Setelah peneliti memasuki obyek penlitian yang berupa situasi soial yang terdiri atas, place, actor dan activity (PAA), selanjutnya melaksanakan observasi participant, mencatat hasil observasi dan wawancara, melakukan observasi deskriptif, maka langkah selanjutnya melakukan analisa domain.
Analisa domain merupakan langkah pertma dalam penelitian kualitatif. Langkah selanjutnya adalah analisis taksonomi yang aktivitasnya adalah mencari bagaimana domain yang dipilih itu dijabarkan menjadi lebih rinci.
Selanjutnya analisis komponensional yang dihasilkan dari analisa taksonomi. Yang terakhir adalah analisa tema, yang aktivitasnya adalah mencari hubungan antar domain, dan bagaimana hubungan dengan kseluruhan dan kemudian dirimuskan dalam tem atau judul penelitian.
Tiga Tujuan dalam menafsirkan data (Schaltzman dan Strauss, 1973): (1) Pertama, melakukan deskripsi semata-mata. Seluruh data yang disajikan dalam bentuk emik. (2) Kedua, deskripsi analitik. Setelah dilakukan kategorisasi dan proses abstraksi dilakukan penafsiran dengan bantuan teori (lama). (3) Ketiga, teori subtantif.






-@-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar