BAB II
PENDEKATAN KUALITATIF
PADA PENELITIAN DAKWAH
A. Pengertian Metode penelitian
kualitatif
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan datanya dilakukan secara teriangulasi (gabungan),
analisis datanya bersifat induktif, dan hasil penelitianya lebih menekankan
pada proses dan makna daripada generalisasi.
Menurut Banister (1994) penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai
suatu cara sederhana, sangat longgar, yaitu suatu penelitian
interpretatifterhadap suatu masalah di mana peneliti merupakan sentral dari
pengertian atau pemaknaan yang dibuat mengenai masalah itu. Meriam (1998)
merumuskan penelitian kualitatif sebagai suatu konsep payung yang mencakup
beberapa bentuk penelitian untuk membantu peneliti memahami dan menerangkan
makna fenomena sosial yang terjadi dengan sekecil mungkin gangguan terhadap
setting alamiahnya.
Penelitian kualitatif bertitik tolak dari paradigma fenomenologis yang
objektivitasnya dibangun atas rumusan tentang situasi tertentu sebagaimana yang
dihayati oleh individu atau kelompok sosial tertentu, dan relevan dengan tujuan
penelitian. Menurut Wilhelm Dilthey dan kemudian Spranger sebagaimana dikutip
oleh Moleong, 2002) mengenalkan istilah verstehen (pemahaman,
pengertian) untuk mengungkap makna dari sudut pandang pelaku yang mengalami dan
menghayati kejadian tersebut melalui pengamatan si peneliti yang bersifat
partisipatif.
Metode pengumpulan data yang paling mewakili karakteristik pendekatan
kualitatif adalah observasi partisipan dan in-depth-interview. Prosedur
secara runtut yang digunakan adalah: (1) mengumpulkan data yang berujud
kata-kata, (2) menganalisa kata-kata tersebut dengan melalui pendeskripsian
peristiwa-peristiwa dan memperoleh atau menetapkan tema, (3) mengajukan
pertanyaan-pertanyaan umum dan luas, (4) tidak membuat prediksi terhadap yang
diamati, tapi menyadarkan diri pada peneliti untuk membentuk apa yang mereka
laporkan, dan (5) tetap dapat dilihat dan ada dalam laporan tertulis (Bogdan
dan Biklen, 1982).
B. Pengumpulan Data
Kualitas hasil penelitian kualitatif pada dasarnya
sangat tergantung pada kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan
datanya. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah
penelitinya sendiri. Kareannya peneliti sebagai instrumen juga harus
divalidasi”, khususnya yang berkaitan dengan penguasaan atau pemahaman terhadap
metode kualitatif sendiri, penguasaan wawasan terhadap bidang yang akan
diteliti dan sebagainya.
Sebagai human instrument, peneliti bertugas
untuk penetapkan fungsi penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan mengumpulan data, menilai kualitas data, analisa data, menafsirkan
data dan membuat analisa atas temuannya (Sugiyono, 2005: 60).
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa teknik yang
umum digunakan dalam menggali data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan
trianggulasi.
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
|
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
Macam-macam
Observasi
Marshall (1995) menyatakan bahwa:” through observation, the researcher
lear about behavior and the meaning attached to those behavior”. (Melalui
observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku
tersebut”.
Spradley membagi observasi berpartisipasi emnajdi empat: (1) pasive
participation, (2) moderate participation, (3) active particpation, and (4)
complete participation.
Stainback (1998) menyatakan:” in participant observation, the
reseacher observes what people do, listen to what they say, and participates in
their activities” (Dalam observasi partisipasif, peneliti mengamati apa
yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi
dalam aktivitas mereka.
Partisipasi pasif (pasive participation): means the reseacher
is present at the scene of action but does not interact or participate.
Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati,
tetapi tida ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
Partisipasi aktif (active participation); means that the sesearcher
generally does what others in setting do. Dalam observasi ini peneliti ikut
melakukan apa yang dilakukan oleh
nara sumber tetapi belum sepenuhnya
lengkap.
Partisipasi lengkap (compellete participation): means the reseacher is
a naturalal participant. This is the Highest level of involvement. Dalam
melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap ada yang dilakukan sumber data. Jadi
suasananya sudah natural, penelti tidak terlibat melakukan penelitian. Hal ini
merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan
yang diteliti.
Partisipasi Terlibat
Seperti namanya, partisipasi terlibat ini merupakan adanya keinginan
peneliti untuk terlibat langsung dalam dunia sosial yang dipilih sebagai obyek
penelitian. Dengan melibatkan diri secara langsung ini peneliti dapat
mendengar, melihat dan terlibat dalam
dunia pengalaman yang ada. Sementara
Johngensen (1989) seperti dikutip Deddy (2001) mengemukan bahwa metode pengamatan
terlibat dapat didefinsikan berdasarkan tujuh ciri beikut: (1) Minat khusus
pada makna dan intereksi manusia berdasarkan perspektif orang-orang dalam atau
anggota-anggota situasi atau keadaan tertentu. (2) Fondasi
penelitian dan metodenya adalah kedisinian dan kekinian kehidupan sehari-hari.
(3) Bentuk teori dan penteorian yang menekankan interpretasi dan memahakan
eksistensi manusia. (4) Logika proses penelitian yang terbuka, luwes,
oportunistik, dan menuntut redefinisi apa yang problematik, berdasarkan fakta
yang diperoleh dalam situasi nyata eksistensi manusia. (5) Pendekatan dan
rancangan yang mendalam, kualitatif, dan studi kasus. (6) Penerapan peran
partisipasi yang menuntut hubungan langsung dengan pribumi di lapangan. (7) Penggunaan
pengamatan langsung bersama metode lainnya dalam mengumpulkan informasi.
Sementara Becker at al. (1968) mengatakan bahwa
pengamatan terlibat merupakan pengamatan yang dilakukan sambil berperan serta
dalam kehidupan terhadap orang yang diteliti. Jadi, pengamatan terlibat
adalah mengikuti orang-orang yang
diteliti dalam kehidupan sehari-hari, melihat apa yang mereka lakukan, kapan
dengan siapa, dan dalam keadaan apa, dan menanyai tentang tindakan mereka. Sedangkan bagi Denzin
(1978), pengamatan terlibat dianggap sebagai strategi lapangan yang secara
simultan memadukan analisis dokumen, wawancara dengan responden atau informan
partisipasi dan observasi langsung dalam penelitian kebudayaan yang ingin
mengungkap dunia makna, maka hal ini tentunya sangatlah tidak mudah.
Dalam penelitian kualitatif, pada mulanya berangkat
dari temuan-temuan fakta sosial kemudian ditransformasikan menjadi tema-tema,
pola-pola, konsep-konsep, definisi-definisi atau model-model. Dalam proses itu
kemudiaan dipoles dengan konsep-konsep atau teori yang telah dibaca.
Mengingat bahwa metode pengamatan terlibat sangat
amat tergantung kepada peneliti sebagai instrumennya, maka dalam pelaksanaannya
menuntut peneliti untuk sensitif terhadap masalah yang diteliti, memiliki
kemamupaun untuk membaca masalah penelitian yang dicari, memiliki kemampuan
unuk mengimajinasikan masalah-masalah penelitian untuk dirumuskan dalam hasil
penelitian, dan memiliki keahlian untuk merumuskan masalah yang ditemukan di
lapangan.
Satu hal yang harus disadari peneliti dalam metode
ini agak sulit untuk memposisikan dirinya sebagai pengamat atau sebagai
partisipan yang terlibat. Karena itu kategori Denzin, menarik untuk
diperhatikan. Pertama, jenis peserta sebagai pengamat (participant as
observer), dengan membiarkan
kehadirannya sebagai peneliti dan mencoba membentuk serangkaian hubungan dengan
subyek, sehingga berfungsi sebagai informan; kedua, jenis partisipan penuh (complete
participant): disini peneliti sampai tidak diketahui ketika ia sedang
mengamati apa yang sedang diteliti (contoh: Jakarta undercover, pen): Ketiga,
pengamat sebagai partisipan (observer as participant) yang lazimnya
merepresentasikan situasi yang memungkinkan peneliti melakukan sekali kunjungan
atau wawancara dengan informan.
Kegunaan Partisipatif
Obyek Observasi: (1) Place, atau tempat
dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung: (2) Actor,
pelaku atau orang-orang yang sedang memiankan peran tertentu: (3) Activity atau
kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang
berlangsung.
Tahapan Obsevasi: (1) Observasi deskriptif: (2)
Observasi terfokus; (3) observasi terseleksi.
·
Observasi deskriptif: Pada tahap ini
peneliti belum emmbawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan
penjelajahan umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang
dilihat, didengar, dan diraakan. Semua data harus direkam. Obswervasi tahap ini
sering disebut sebagai grand tour observation, da peneliti menghasilkan
kesimpulan pertama.
·
Observasi terfokus: pada tahap ini
peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasi yang
telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observas ini dinamakan
observasi terfokus, karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi
sehingga dapat menemukan fokus.
·
Observasi terseleksi: pada tahap
observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang dietmukan sehingga datanya
lebih rinci. Dalam tahap ini peneliti diharapkan telah menemukan karakteristik,
kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori. Serta menemukan antar
satu kategori dengan kategori yang lain. Dalam tahap ini peneliti diharapkan
telah menemukan pemahan yang mendalam (hipotesis).
Wawancara
mendalam (depth interview).
Metode ini telah menjadi instrumen pengumpulan data bagi hampir digunakan
seluruh perspektif dalam naungan penelitian kualitatif. Seperti diketahui paling tidak ada empat
jenis interview yang lazim digunakan dalam penelitian: yaitu wawancara
berstruktur (structured interview) melalui questioner: dimana responden
hanya sedikit memiliki ruang untuk mengekspresikan pendapatnya atas keinginan
mereka: wawancara semi-terstruktur (semi-structured interview) pewancara lebih memiliki kebebasan untuk
memperoleh jawaban yang standar, termasuk mengklarifikasi dan mengelaborasi
atas jawaban yang diberikan. Adapun wawancara tak berstrukur (Unstructured
or focused interview) sifatnya lebih terbuka (open–ended character)
sedangkan wawancara kelompok (group interview) merupakan alat
investigasi yang berharga dengan dengan focus disekiktar masalah yang ingin
diketahui kadang-kadang wawancara tak berstuktur itu disebut perkapan
“informal” atau ( ”a conversation
with a purpose”) atau juga disebut sebagai the informal conversational
interview, the general interview guide approach, and the standardized open-ended interview.
Sebagai konsekuensi dari tidak ketatnya struktur pertanyaan yang ada, tidak
jarang proses tanya-jawab ini menjadi tidak terfokus (kesana-kemari), sehingga
banyak data yang mubazir. Apalagi jika informan lebih suka menceritakan dirinya
sendiri daripada menjawab pertanyaan yang diajukan. Oleh karena itu satu hal
yang perlu diingat untuk menghindari wawancara yang tidak terfokus, peneliti
harus berusaha mengarahkan wawancara itu agar sesuai dengan tujuan penelitian
yang telah dirumuskan. Bagi pewancara sebaiknya tetap membawa dan memegang
pedoman wawancara, yakni susunan pertanyaan yang harus diajukan, meskipun
fungsinya sekedar untuk pengingat, dan bukan
untuk dilihat secara terus-menerus. Pedoman wawancara ini hanyalah
panduan umum, yang hanya memuat point-point yang akan ditanyakan pewancara.
Keberhasilan wawancara sangat amat tergantung pada kemahiran peneliti untuk
mengarahkan pertanyaan yang diajukan seefisien mungkin, terfokus dan yang tak
kalah penting bentuk pertanyaan tidak monoton. Seni bertanya yang didasarkan
pengetahuan yang luas atas masalah yang akan ditanyakan sangat penting untuk
memperoleh kualitas data yang baik. Sebaliknya jika pengetahuan peneliti atas
masalah yang akan ditanyakan sangat minim, sudah hampir dipastikan kualitas
data yang diperoleh juga rendah. Padahal kekuatan metode seperti ini peneliti
memiliki kesempatan secara terbuka untuk melakukan improvisasi dalam upaya
memperoleh jawaban yang diinginkan.
Sebaliknya jika pengetahuan peneliti atas masalah yang akan ditanyakan
sangat minim, sudah hampir dipastikan kualitas data yang diperoleh juga rendah.
Padahal kekuatan metode seperti ini peneliti memiliki kesempatan secara terbuka
untuk melakukan improvisasi dalam upaya memperoleh jawaban yang diinginkan.
Selanjutnya setelah seluruh pertanyaan sampai mencapai titik jenuh (tidak
ada yang perlu ditanyakan lagi) hasil wawancara dipilah-pilah berdasarkan
kategori yang relevan dengan model, hipotesis, atau kerangka teori yang sedang
diajukan. Analisa data dapat dilakukan tanpa harus menunggu terkumpulnya
seluruh data terkumpul seluruhnya.
Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknis
pengumpulan data yang bersifa menggabunkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
menguji krediblitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai
teknik penguimpulan data berbagai sumber.
Triangulasi Teknik, berarti penliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-bda untuk menapatkan data dari sumber sama. Peneliti menggunakan
observasi partisipatif, wawncara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data
yang sama secara serempal.
Dalam Triangulasi, Susan Stanback (1988) menyatkan abhwa ” the aim is
not to determine the truth about some social phenomenon, rather the pupose of
tringulation is to increase one’s understanding of what eevr is being
investigated” (tujuan triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang
beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahamanpeneliti terhadap apa
yang telah ditemukan).
Mathinson
(1988) mengemukakan:” the value of triangulation lies in providing
evidence-whether convergent, inconsistent, or contracditory”. Nilai dari
teknik pengumpulan data dengan triangulasi adlah untuk emngetahui data yang
diperoleh convergent (meluas, tidak konisten atau kontradiksi. Dengan
mengunakan triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan
lebih konsisten, tuntas dan pasti.
Melalui trianggulasi”
can build on the strengngths 0f each
type of data collection while minimizing the weakness in any single approach” (Patton,
1980).
Life histories
Bagi peneliti
kualitatif, sejarah hidup merupakan sarana penelitian yang penting dan absah
dengan standar interpretative dan metodologis yang semakin memadai semakin
banyak actor yang menceritakan pengalaman hidup mereka, semakin leluasalah
peneliti pembangun model-model atau konsep-konsep mengenai rumitnya perilaku
manusia, lembaga social, dan sebagainya .
Seperti
diungkap oleh Shaw bahwa: “data sejarah hidup mempunya nilai teoritis juga
terapeutik. Data ini tidak hanya berguna untuk melakukan eksplorasi pendahuluan dan orientasi yang berhubungan dengan problem-problem
khusus dalam bidang penelitian kriminologis, tetapi juga merupakan basis bagi
perumusan hipotesis yang menyarankan faktor-faktor penyebab yang terlibat dalam
perkembangan pola-pola perilaku nakal. Validitas hipotesis-hipotesis ini pada
gilirannya dapat diuji dengan studi dengan studi komparatif atas sejarah kasus
yang lebih terperinci dan metode formal analisis statistik”.
Sementara itu
Jones (1993) menawarkan lima kriteria dalam life histories: Pertama,
seseorang harus dipandang bagian dari kebudayaan; sejarah kehidupan menjelaskan
dan menafsirkan nilai pelaku dalam perkembangannya di masyarakat. Kedua, metode
ini harus menangkap peran penting yang
dimainkan orang lain didalam ”pengiriman secara sosial menetapkan persediaan
pengetahuan”. Ketiga, anggapan pasti (taken for granted) tentang
kebudayaan dunia tertentu dalam studi
harus dijelaskan dan dianalisa. Anggapan-anggapan itu muncul dalam peraturan dan kode pada kelakukan seperti dalam mitos
dan ritual. Keempat, sejarah kehidupan harus tertuju pada pengalaman
masing-masing individu selama hal itu untuk menangkap ”proses perkembangan
manusia. Kelima, kebudayaan dunia dalam pembelajaran harus dihubungkan dengan
perkembangan hidup individu secara terus-menerus.
Sementara menurut Plummer, penelitian secara hidup paling tidak memiliki
empat kreteria. Pertama, metode itu harus menghargai subyektifitas dan
kreativitas aktor—menunjukkan bagaimana
aktor menrespon kendala sosial dan secara kreatif menghadapi dunia sosial;
kedua, tindakan—melalui organisasi sosial dan terutama organisasi ekonomi;
ketiga, harus menunjukkan familiaritas yang intim dengan pengalaman-pengalaman
ayng ada; dan keempat, harus ada kesadaran pihak peneliti mengenai peran dasar
yang bersifat moral dan politik dalam bergerak menuju struktur sosial yang
memungkinkan pengurangan eksploitasi, penindasan, ketidakadilan dan
memungkinkan lebih banyak kreativitas, keragamaan dan kesederajatan.
Singkatnya, sebagaimana dikatakan McCall dan Wittners metode
sejarah hidup menjadi alat penting untuk merekontruksi pengetahuan bukan saja
tentang kaum tersubordinasi, tetapi juga tentang masyarakat yang melindungi
mereka.
Dengan metode life history sebagian dari kita pada dasarnya menjadi
peneliti sejarah, yakni sejarah kehidupan social. Penafsiran orang atas
pengalamannya haruslah obyektif, yakni penafsiran actor sendiri, bukan
penafsiran peneliti.Disinilah sebenarnya makna obyektif dalam penelitian
kualitatif. Maka jelas bahwa pengukuran makna “obyektif” dalam penelitian
kualitatif berbeda dengan makna “obyektif” dalam penelitian kuantitatif yang
menekankan keseragamaan cara pandang peneliti terhadap fenomena yang mereka
teliti. Bahan lain untuk melengkapi wawancara sejarah hidup adalah wawancara
dengan orang lain yang punya hubungan dekat dengan subyek penelitian (significant
others).(Deddy, 2005).
C.
Analisis Data
Analisa Data Penelitian Kualitatif
Sebelum
melakukan analisa data (kualitatif) ada cara kerja yang harus diperhatikan:
1.
Mendiskripsikan hasil wawancara secara
apa adanya.
2.
Melakukan kategorisasi hasil
temuan-temuan itu menurut jenis datanya yang sesuai dengan tujuan penelitian.
3.
Setelah melakukan kategorisasi baru dilakukan analisa secara
kritis terhadap seluruh hasil temuan yang ada.
4.
Untuk penyajian hasil wawancara secara mendalam perlu
dipisahkan antara emik (pendapat informan) dengan etik (pendapat peneliti).
5.
Pada penyajian data ada dua pilihan: Pertama, ethografi
klasik (peneliti secara rinci, detail dan mendalam menggambarkan seluruh peristiwa tanpa
interpretasi. Kedua, etnografi modern laporan penelitian sudah imaginasikan
dengan bantuan teori dsb.
Catatan Lapangan
1.
Catatlah segala sesuatu hasil pengamatan atau hasil interview
sesegera mungkin.
2.
Jangan membicarakan pengamatan yang dilakukan sebelum menulis
catatan lapangan.
3.
Cari tempat yang sepi jauh dari gangguan untuk merekam
kembali segala sesuatu yang dilihat, didengar atau dirasakan selama observasi
dilakukan.
4.
Sediakan waktu yang cukup untuk melakukan pencatatan hasil
observasi yang telah dilakukan.
5.
Usahakan dalam melakukan rekaman kembali terhadap hasil
observasi secara kronologis.
6.
Biarkanlah segala seseuatu itu keluar dari pikiran anda
sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan.
7.
Jangan ada anggapan bahwa menulis catatan lapangan itu harus
sekali jadi.
8.
Hendaknya disadarai bahwa menulis catatan lapangan itu adalah
pekerjaan yang sangat melelahkan, sehingga membutuhkan kesabarab dan ketekunan.
Analisa Data:
pada dasarnya merupakan proses pengorganisasian
dan mengurutan data ke dalam kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan pola, tema yang dapat dirumuskan sebagai hipotesa kerja.
Pertama-tama
yang harus dilakukan dalam analisa data adalah pengorganisaian data dalam
bentuk mengatur data, mengurutkan data, mengelompokkan data, memberi kode data dan
mengkatagorikannya.
Tujuan
pengorganisasian dan pengolahan data tersebut untuk menemukan tema dan hipotesa
kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori.
Proses analisa
data dimulai dengan menelaah seluruh data yang dikumpulkan, baik yang diperoleh
melalui wawancara, pengamatan, catatan lapangan dst., baru melakukan reduksi
data yang dilakukan dengan cara membuat abstraksi.
Sebelum data
ditafsirkan dilakukan evaluasi terhadap keabsahan data, baru data ditafsirkan
sebagai kemungkinan lahirnya teori.
Sementara
Susan Stanback menyatakan” there are no data guidelines in qualitative
reseach for determining how much data and data analysis are necessary to
support and assertion, or theory”. Belum ada panduan dalam penelitian
kualitatif untuk menentukan berapa banyak data dan analisis yang diperlukan
untuk mendukung kesimpulan atau teori.
Bogdan
menyatakan:” analyis is the process of systematically serching and arranging
the interview trancripts, fieldnote, and
other mataerial that you accumulate to increase your own understanding of them
and to enable you to present what you have discovered to others’. Analisa
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bhan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami, dan temuannya dapat diinfromasikan
kepada orang lain.
Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang
lain.
Susan
Stainback, mengemukakan” Data analysis is critical to qualitative research
process. It is to recognition, study, and understanding of interrelationship
and concept in your data that hypotheses and assertions can be developed and
evaluated”. Analisa data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian
kualitatif. Ini untuk mengakui, studi
dan internalisasi pemahaman dan konsep dalam data anda, sehingga hipotesis
dapat dikembangkan dan dievaluasi.
Spardley
(1980) menyatakan” Analysis of any kind involve a way of thingking. It rfers
to systematic examination of something to determine its parts, th relation
among parts, and the relationship p the whole.Analysis is a search for
patterns”. Analisa dalam penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara
berfikir. Hal itu berkaitan denga pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian,
hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisa adalah untuk
mencari pola.
Berasarkan hal
tersebut dapat dikemukan disini bahwa, analis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sentesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (89).
Proses Analisa Data
Analisa data
dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama
di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. In fact, data analysis in qualitative research is an
on going activity that occurs through out the investigative process rather than
after process. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung
selama proses pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.
Analisis
sebelum di lapangan : analisis data dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan, atau data sekunder, yang akan
digunakan untuk menentukan fakus penelitian.
Analisis
selama lapangan Model Miles dan Haberman: mngemukan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan ebrlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclution
drawing/verification.
Setelah
peneliti melaukan pengmpulan data, maka peneliti melakukan antipatory sebelum
melakukan reduksi data. Anticipatory data reduction is occurring as the
research decides (often full awareness) which conceptual frame work, which
sites, which research question, which data collection approaches to choose.
Reduksi Data
Reduksi data:
merupakan seleksi data yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
mucul dalam catatan tertulis di lapangan.
Reduksi data: berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung. Jadi
reduksi data bukanlah merupakan hal yang terpisah dalam analisis.
Reduksi data: merupakan bentuk
analisis yang menajam, menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data, sehingga kesimpulan dan verifikasi dapat dilakukan.
Ada dua reduksi:
Pertama, reduksi vertikal: dimana reduksi data menunjukkan proses seleksi,
fokus penyederhanaan, abstraksi, mentransformasi data mentah yang diperoleh,
laporan dari lapangan menjadi konsep, hipotesis sampai pada teori.
Kedua, reduksi horizontal yang lebih menunjukkan pada proses klasifikasi
konsep, variable, hipotesis atau teori.
Dalam penyajian data, akhirnya merupakan proses analisis kedua yang harus
dilakukan. Sebagaimana halnya reduksi data, penciptaan dan penggunaan penyajian
data tidaklah terpisah dari analisis.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan
dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.
Data
Display (panyajian data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini mile
menyatakan” the most frequent form of display data for qualitative research data in the past ha been narrative
tex”. Yang paling sering digunakan untuk menyanyikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Conclusion
Drawing/verification : kesimpulan alam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak
(karena sifatnya masih sementara).
Analisa Model Spradley:
Model ini
adalah: (1) memilih situasi sosial
(Place, Actor, Activity); (2) melaksnakan observasi partisipasi; (3)
Mencatat hasil observasi dan wawacara; (4) melakukan observasi deskriptif: (5)
melakukan analisa domain;(6) melakukan observasi terfokus: (7) Melaksanakan analisa
taksonomi: (8) Melakukan observasi terseleksi: (9) Melakukan analisis
kompensial: (10) melakukan analisis tema: (11) Temuan Budaya: (12) menulis
laporan.
Analisa Domain
Setelah
peneliti memasuki obyek penlitian yang berupa situasi soial yang terdiri atas,
place, actor dan activity (PAA), selanjutnya melaksanakan observasi
participant, mencatat hasil observasi dan wawancara, melakukan observasi
deskriptif, maka langkah selanjutnya melakukan analisa domain.
Analisa domain
merupakan langkah pertma dalam penelitian kualitatif. Langkah selanjutnya
adalah analisis taksonomi yang aktivitasnya adalah mencari bagaimana domain
yang dipilih itu dijabarkan menjadi lebih rinci.
Selanjutnya analisis komponensional yang dihasilkan dari analisa taksonomi.
Yang terakhir adalah analisa tema, yang aktivitasnya adalah mencari hubungan
antar domain, dan bagaimana hubungan dengan kseluruhan dan kemudian dirimuskan
dalam tem atau judul penelitian.
Tiga Tujuan dalam menafsirkan data (Schaltzman dan Strauss, 1973): (1) Pertama,
melakukan deskripsi semata-mata. Seluruh data yang disajikan dalam bentuk emik.
(2) Kedua, deskripsi analitik. Setelah dilakukan kategorisasi dan proses
abstraksi dilakukan penafsiran dengan bantuan teori (lama). (3) Ketiga, teori
subtantif.
-@-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar